Hari itu Sabtu pagi. Seperti biasa, aku menyempatkan diri ke lapangan panahan setelah seminggu penuh berkutat dengan pekerjaan. Hanya beberapa jam saja, tapi cukup untuk melepas penat. Dengan busur di tangan dan beberapa anak panah, aku merasa seperti keluar dari dunia yang penuh deadline ke dunia yang hanya berisi aku, busur, dan sasaran.
Saat menarik tali busur, aku teringat email-email yang menumpuk di inbox. Rasanya berat, seperti tali yang harus ditarik sempurna agar panah melesat ke target. Tapi anehnya, saat aku fokus pada sasaran, semua beban itu perlahan hilang. Aku hanya perlu menarik, membidik, dan melepaskan.
Panahan mengajarkanku tentang fokus—sesuatu yang kadang hilang saat pekerjaan menuntut multitasking. Dalam memanah, jika aku tidak benar-benar fokus pada sasaran, panahku pasti meleset. Sama seperti di kantor. Ketika mencoba melakukan terlalu banyak hal sekaligus, hasilnya sering kali tidak maksimal.Ada satu kejadian menarik hari itu. Saat sesi latihan hampir selesai, seorang pemanah senior yang sudah aku anggap seperti abang ada di lapangan dan mendekati aku. “Kamu sering buru-buru melepaskan panah,” katanya dengan nada tenang. “Cobalah berhenti sejenak, tarik napas, dan lihat kembali sasarannya. Jangan hanya fokus pada anak panah; lihat gambaran besarnya.”
Kata-katanya menyentakku. Aku memang sering terlalu terburu-buru, bukan hanya dalam memanah, tapi juga dalam pekerjaan. Kadang aku terlalu fokus pada tugas kecil dan lupa melihat gambaran besar—apa yang benar-benar penting dan bagaimana caranya mencapai tujuan dengan efisien.
Sejak saat itu, aku mulai mempraktikkan "fokus besar" dalam pekerjaanku. Sebelum memulai hari, aku meluangkan waktu untuk merencanakan. Apa target utamaku hari ini? Apa yang bisa kutunda? Ternyata, dengan strategi ini, aku merasa lebih tenang dan produktif.
Hal lain yang kupelajari dari panahan adalah tentang keseimbangan antara usaha dan hasil. Sebagai pemanah, aku hanya bisa berusaha sebaik mungkin menjalani cycle-shoot diriku: menarik busur dengan tepat, membidik dengan cermat, dan melepaskan panah di waktu yang pas. Tapi setelah itu? Aku tidak bisa mengontrol ke mana angin membawa panahku.
Begitu pula dalam pekerjaan. Aku sering merasa frustrasi saat hasil kerjaku tidak sesuai harapan, meski sudah berusaha keras. Tapi panahan mengingatkanku: tugas kita hanyalah berusaha dengan maksimal. Hasilnya? Serahkan pada yang Maha Mengatur.
Setelah satu jam memanah, aku duduk di bangku pinggir lapangan. Dari kejauhan, kulihat anak-anak bermain panahan dengan riang, mencoba membidik sasaran kecil mereka sendiri. Aku tersenyum. Hidup, kadang seperti panahan—ada saatnya kita serius membidik target, tapi ada saatnya juga kita menikmati prosesnya tanpa terlalu khawatir tentang hasil.
Panahan telah menjadi pelarian sekaligus pengingat untukku. Pelarian dari hiruk-pikuk pekerjaan, dan pengingat bahwa hidup harus dijalani dengan fokus, ketenangan, dan keseimbangan.
Kalau kamu merasa pekerjaanmu mulai terasa menyesakkan, mungkin sudah saatnya mencoba sesuatu yang sederhana namun penuh makna. Bisa jadi panahan adalah jawabannya. Atau setidaknya, coba luangkan waktu untuk menarik napas, membidik ulang tujuanmu, dan merasakan kembali kenikmatan dalam prosesnya.
Karena seperti panahan, pekerjaan bukan hanya tentang hasil, tapi tentang bagaimana kita mengarungi perjalanan menuju sasaran. 😊
No comments:
Post a Comment