Pagi itu, sinar matahari mengintip malu-malu dari balik awan. Di sudut lapangan panahan, suasana sudah mulai ramai. Aku baru saja selesai merakit busur ketika seorang teman mendekat sambil membawa termos kopi. "Cuaca enak nih buat latihan," katanya. Aku mengangguk, memikirkan betapa menariknya melihat hubungan antara olahraga ini dengan keseharian kita. Sebab, kalau dipikir-pikir, panahan sebenarnya lebih dari sekadar olahraga—ini adalah cerminan kehidupan itu sendiri.
Ketika aku berdiri di garis tembak, busur di tangan, pikiranku melayang, suara-suara mulai terdengar riuh rendah. Dan ada satu hal yang mutlak: Anda harus fokus pada sasaran. Lupa sebentar saja, panah Anda akan meleset. Mirip-miriplah dengan hidup, kita sering kali tergoda oleh banyak hal yang membuat perhatian kita terpecah—pekerjaan, media sosial, atau bahkan pikiran-pikiran negatif. Tetapi, seperti di lapangan ini, jika kita belajar mengabaikan distraksi dan fokus pada apa yang penting, hasilnya akan lebih memuaskan.
Saat menarik busur, tarikan yang pas sangat menentukan sejauh mana panah Anda akan melesat. Jika menarik terlalu keras, tangan Anda gemetar; jika terlalu lemah, panah tidak akan mencapai target, kalo kata pelatih aku, "push and pull-nya kudu seimbang", artinya tarikan busur dan dorongan grip, tenaganya 50:50. Sama dengan keseharian kita, ada keseimbangan serupa yang harus kita jaga. Terlalu ambisius bisa membuat kita kelelahan, tapi terlalu santai bisa membuat kita kehilangan peluang. Keseimbangan ini membutuhkan latihan, dan butuh waktu untuk menemukannya.
Kadang kala panahku meluncur dan meleset mengenai pinggiran target, aku tersenyum masam. Tidak semua panah akan mengenai sasaran, pikirku. Tetapi justru dari panah yang meleset itu, kita belajar. Angin, posisi tubuh, atau mungkin sudut bidikan—semuanya bisa menjadi alasan kegagalan atau di komunitas panahan disebutnya alibi. Dalam keseharian kita, kegagalan juga memberi kita pelajaran. Setiap kesalahan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, selama kita mau menganalisis apa yang salah dan mencoba lagi.
Di sela-sela latihan, teman-teman mulai berbincang. Ada yang memberi tips, ada yang bercanda soal tembakan mereka yang jauh dari target. Aku menyadari bahwa komunitas ini adalah salah satu hal terindah dari panahan. Berada di antara orang-orang yang saling mendukung membuat segalanya terasa lebih ringan. Begitu pula dalam keseharian kita, keberadaan orang-orang yang mendukung kita—keluarga, teman, atau komunitas—adalah dorongan yang luar biasa. Kita tidak perlu menjalani segalanya sendirian. Ingat dengan The Jar of Life-nya si Uwu.
Ketika sesi latihan selesai, aku duduk di bangku, menikmati angin sepoi-sepoi sambil memikirkan hari ini. Panahan memang bukan hanya soal olahraga. Setiap prosesnya—dari merakit busur, menarik string, hingga melepaskan panah—mengajarkan kita tentang kehidupan. Fokus, keseimbangan, kegagalan, dan kebersamaan adalah pelajaran yang terus relevan, di dalam maupun di luar lapangan. Dan mungkin, itulah yang membuat panahan begitu istimewa.
Selamat memanah 😊
No comments:
Post a Comment